19 September, 2008

Apa pula Pendidikan Kritis?

Membaca kembali Buku Pendidikan Popular terbitan INSIST, mengingatkan pada paradigma pendidikan kritis. Pendidikan kritis pada dasarnya merupakan aliran, paham dalam pendidikan dalam rangka untuk pemberdayaan dan pembebasan. Perdebatan mengenai peran pendidikan di lingkungan teoritisi dan praktisi berkisar mengenai pendidikan sebagai untuk melawan sistem kapitalisme, dan sistem lain yang menindas. Namun, pembahasan mengenai pendidikan sebagai alat perubahan sosisial, menyebabkan terbaginya dua aliran menyangkut pendidikan—apakah pendidikan dapat digunakan sebagai media transformasi sosial.

  1. Golongan pertama adalah penganut paham “reproduksi”. Golongan ini sangat pesimis bahwa pendidikan mempunyai peran untuk perubahan sosial menuju transformasi sosial. Mereka menganut teori repsoduksi. Golongan ini menganggap bahwa pendidikan dalam sistem kapitalisme berperan untuk mereproduksi sistem itu sendiri. Pendidikan akan melahirkan peserta didik yang akan memperkuat sistem dalam masayarakat. Sehingga mereka sangat pesimistis bahwa pendidikan akan mampu menjadi penyebab transformasi sosial.

  2. Golongan kedua, yakni penganut paham "produksi". Golongan ini, meyakini bahwa pendidikan mampu menciptakan ruang untuk tumbuhnya resistensi dan subversi terhadap sistem yang dominan. Bukankah sebagian besar tokoh nasional dunia ketiga yang memimpin bangsa mereka untuk melawan penjajahan, kolonialisme dan imperialisme lahir dari hasil pendidikan oleh sisitem pendidikan yang justru dimaksudkan untuk mempertahankan dan melanggengkan kolonialisme? Dengan demikian bagi penganut paham ini, pendidikan senantiasa mempunyai aspek pembebasan dan pemberdayaan, jika dilakukan melalui proses yang membebaskan serta dilaksanakan dalam kerangka membangkitkan kesadaran kritis.
Pijakan dasar tradisi pendidikan kritis yakni pemikiran dan paradigma kritik ideologi terhadap sistem dan struktur sosial, ekonomi dan politik yang tidak adil. Dengan demikian pendidikan dalam perspektif paham ini merupakan media untuk resistensi dan aksi sosial yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan bagian dari proses transformasi sosial. Maka pendidikan kritis merupakan proses perjuangan politik.

Bagi penganut pendidikan kritis, ketidakadilan kelas, diskriminasi gender, hegemoni kultural dan politik serta dominasi melalui diskursus pengetahuan yang merasuk di dalam mayarakat, akan terefleksi dalam proses pendidikan, dan harus menjadi cermin kondisi sosial dalam dunia pendidikan. Dalam perspektif kritis, proses pendidikan merupakan proses refleksi dan aksi (praksis) terhadap seluruh tatanan dan relasi sosial dari sistem dan struktur sosial dan bagaimana perannya, cara kerjanya, dalam menyumbangkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan sosial.

Artinya apa? Proses pembelajaran di kelas adalah sebuah miniatur kehidupan. Bahwa nilai-nilai dalam Pancasila adalah nilai yang luhur, tapi tanpa diuji keluhurannya dalam proses pembelajaran yang kritis dan kreatif, maka nilai-nilai itu hanya akan jadi hafalan saja. Inilah konsep dimana pendidikan adalah sebuah proses hadap masalah, dan bukan lari dari masalah, atau sekedar kucing-kucingan dengan fakta di lapangan. Anak-anak bukanlah makhluk bodoh yang bisa dengan mudah dikendalikan seperti kerbau yang tercocok hidungnya. Mereka juga punya mata, punya telinga, dan punya rasa. Kontras antara tema diskusi di dalam kelas dengan fakta di jalanan, hanya akan membuat mereka frustasi dan akhirnya menciptakan nilai-nilainya sendiri. Anarki.

1 comment:

Unknown said...

Promosikan artikel anda di www.infogue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur info cinema, game online dan kamus online untuk para netter Indonesia. Salam!
http://pendidikan.infogue.com/apa_pula_pendidikan_kritis_