15 June, 2010

Mari, Revolusi Pendidikan Kita

Lagi, Sir Ken Robinson membuat saya terkesima. Setelah presentasinya 4 tahun yang lalu bicara tentang bagaimana sistem sekolah berpotensi membunuh kreativitas anak, kali ini ia tampil lagi dengan topik yang tak kalah kontroversial, Bring on the learning revolution!

Buat saya, pemikiran Sir Ken Robinson ini mirip dengan Ivan Illich, dalam bukunya yang menjadi salah satu favorit saya, Deschooling Society. Ia membuka presentasi menarik ini dengan menyatakan, bahwa banyak sekali orang yang kehilangan kesempatan menemukan potensi dirinya, hanya karena sekolah selalu dipandang yang terbaik.




Berikut adalah kutipan pembuka presentasi Sir Ken Robinson, setelah pengantar yang lucu soal videonya di TED.com yang diunduh jutaan kali:

Al Gore spoke at the TED Conference I spoke at four years ago and talked about the climate crisis. And I referenced that at the end of my last talk. So I want to pick up from there because I only had 18 minutes, frankly. So, as I was saying...
But I believe there's a second climate crisis, which is as severe, which has the same origins, and that we have to deal with with the same urgency. And I mean by this -- and you may say, by the way, "Look, I'm good. I have one climate crisis; I don't really need the second one." But this is a crisis of, not natural resources, though I believe that's true, but a crisis of human resources.
I believe, fundamentally, as many speakers have said during the past few days, that we make very poor use of our talents. Very many people go through their whole lives having no real sense of what their talents may be, or if they have any to speak of. I meet all kinds of people who don't think they're really good at anything.
I meet all kinds of people who don't enjoy what they do. They simply go through their lives getting on with it. They get no great pleasure from what they do. They endure it, rather than enjoy it, and wait for the weekend. But I also meet people who love what they do and couldn't imagine doing anything else. If you said to them, "Don't do this anymore," they'd wonder what you were talking about. Because it isn't what they do, it's who they are.

Ini yang perlu kita perhatikan juga dalam pendidikan kita. Ada persoalan besar dengan mengarahkan pendidikan sebagai alat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, tapi hanya dari sisi materi. Pendidikan ibarat pabrik yang ingin memproduksi manusia super canggih, mampu melakukan banyak hal dengan harga murah. Bahkan seperti kritik Sir Ken Robinson dalam presentasi ini, ada pandangan seolah Pendidikan Tinggi telah dimulai sejak TK. Padahal tidak sama sekali.

Anak berusia 3 tahun, tidak berarti usianya adalah setengah dari 6 tahun. Anak 3 tahun ya seperti anak 3 tahun dengan segala keceriaannya. Anak 3 tahun tidak bisa dipaksa untuk belajar sesuatu yang di luar fitrahnya sebagai anak-anak.

Kalau Sir Ken Robinson menyuarakan revolusi pendidikan, saya setuju hal ini pantas berlaku di sistem kita. Pertanyaannya mungkin, Revolusi seperti apa? Perubahan seperti apalagi yang perlu dilakukan, bukankah perubahan sudah banyak?

Revolusi yang perlu dilakukan, adalah di tataran paradigma. Mengubah kurikulum hanyalah hal teknis, tetapi perubahan secara paradigmatis dalam kurikulum tersebut, tidak terinternalisasi dengan baik oleh para pelakunya. Bahkan ada kecenderungan, kebijakan pemerintah seakan bertentangan dengan paradigma kurikulum yang telah diubah. Ketidakkonsistenan ini adalah penyebab kebingungan di kalangan pelaku dan penyelenggara pendidikan.

Akhirnya, jalan pintas adalah solusi. Belakangan, gagasan RSBI, Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ternyata diduga melakukan tindak korupsi. Padahal gagasan ini maunya melahirkan siswa-siswa super cerdas, dengan menafikan pemerataan kualitas pendidikan yang masih menyedihkan. Akankah pendidikan kita terus-terusan dirundung kebingungan?

No comments: