11 October, 2008

Terpesona Keluguan Laskar Pelangi

laskarpelangithemovie.com

Ketika mau menonton film ini, sebelumnya terbesit rasa khawatir. Khawatir karena tidak banyak sutradara kita yang mampu menerjemahkan sensasi novel menjadi sebuah film cerita. Dengan unsur visual yang harus menggantikan tarian kalimat-kalimat dalam novel, biasanya banyak visualisasi yang mengecewakan karena kita yang sudah pernah membaca novelnya jadi kehilangan imajinasi atas novel itu.

Begitu nonton Laskar Pelangi, ada sesuatu yang berbeda. Memang sensasinya tidak sedahsyat membaca novelnya. Tapi saya kira Riri Riza berhasil membuat sesuatu yang justru unik. Tidak terjebak untuk melulu mengilustrasikan nnovel, tetapi diceritakan kembali dengan cita rasa yang lain. Saya lebih menangkap aura keluguan dalam sepanjang film, plus semangat dan tentu saja nilai-nilai perjuangan di sana.

Perjuangan Lintang, sang jenius yang kurang begitu beruntung, menurut saya menjadi semacam bagian yang ditebalkan dalam film ini. Selain mendapat porsi khusus di penghujung film, juga perannya di sepanjang cerita cukup dominan. Tentu saja dengan tidak melupakan keunikan Mahar dan kesedihan Ikal ditinggal pergi sang pujaan hati.

Dibanding cerita tentang Ikal dan Mahar, maka kisah Lintang 'lebih' selaras dengan plot film ini secara umum. Perjuangan, pantang menyerah, dan pada akhirnya, takdir. Kisah Laskar Pelangi, yang memang bercerita tentang bagaimana sebuah cita-cita menjadi inspirasi untuk tidak menyerah, agaknya tampil lebih dominan dari kisah Lintang.

Segenap semangat, cita-cita dan harapan anak-anak ini tampil lugu dan menyentuh. Lugu dalam arti yang sebenarnya, karena Anda tidak akan menyaksikan aktor hebat sekelas McCulay Culkin ketika memerankan Home Alone. Tapi Anda disuguhi anak-anak yang bercerita tentang kisah orang lain, dengan penghayatan seadanya, tapi menyentuh. Justru kesederhanaan penghayatan inilah yang menunjukkan dunia kekanak-kanakan yang menjadi roh cerita ini.

Lintang mungkin terlalu dewasa untuk anak seusianya, tapi inilah bagian dari cerita. Anda hanya perlu menyaksikannya, dengan hati lapang dan riang gembira. Tidak perlu risau dengan teknik-teknik pemeranan, atau dramaturgi kelas wahid. Santai, dan nikmati saja alurnya. Dan satu hal mengenai pendidikan yang diucapkan dengan sangat serius, bahwa pendidikan tidak bisa hanya diukur dengan angka-angka, tapi juga harus dengan hati.
Reblog this post [with Zemanta]

3 comments:

Anonymous said...

Buku dan Film Laskar Pelangi menghentak khalayak, menggugah para guru, menginspirasi jutaan pembaca, menghardik dunia pendidikan di negeri ini. Asrori S. Karni menyebutnya The Phenomenon.

Buku Anak-anak Membangun Kesadaran Kritis barangkali dapat melengkapi gambaran tentang bagaimana anak bila diberikan perlakuan yang tepat (memberikan hati seperti dilakukan bu Muslimah) dan kesempatan untuk berpartisipasi maka anak-anak dapat menjadi subyek/pelaku perubahan sosial yang luar biasa.

Salam hangat dan silah kunjung
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/buku-online-gratis-anak-anak-membangun.html

www.anandatkit.com said...

Pendidikan selama ini memang masih mencari bentuknya, akankah flm laskar pelangi menginspirasi kita semua membawa pendidikan bangsa ini mencapai bentuknya yang sempurna.

ayoo bangkitlah pendidikan nasional
http://www.anandatkit.blogspot.com

Rahadian P. Paramita said...

Kesempurnaan mungkin tidak, tapi lebih baik, itu adalah harapan... Thanks!