25 November, 2008

Pendidikan Alternatif di Rutan Anak (Kebonwaru)



Roni (bukan nama sebenarnya) senang betul dengan hasil sablonan di kausnya. Setengah jam lalu ia menyablon kaus itu, Roni langsung memakainya. Kausnya kini bergambar seorang anak di balik jeruji besi. Di tengah itu tertulis kalimat "Saya Ingin Bebas".

Sablonan itu hasil karya Roni. Melalui itu, Roni mempresentasikan perasaannya. Lelaki berusia 17 tahun itu memang bukan remaja biasa. Roni merupakan salah seorang narapidana anak di rumah tahanan (rutan) Kebonwaru, Jln. Jakarta, Kota Bandung.

Saat itu, Kamis (20/11), anak-anak dalam rutan itu beramai-ramai menyablon kaus masing-masing. Gambar karya Roni merupakan salah satu desain yang bisa mereka pilih.

Kegiatan yang mereka lakukan merupakan bagian dari pendidikan alternatif diberikan setiap Kamis. Kegiatan itu diselenggarakan Lembaga Advokasi Hak Anak (Laha), Solidaritas Komunitas Anak (Semak), dan Kalyanamandiri

Dalam kegiatan tersebut, Roni bersama anak rutan lainnya dapat melupakan kejenuhan mereka sejenak di balik bui. Di rutan, mereka tidak memiliki banyak kegiatan apalagi mendapatkan pendidikan formal. Dengan adanya pendidikan alternatif tersebut, anak-anak rutan dapat bermain, bertukar cerita, dan mempelajari keterampilan.

Ada empat hal yang bisa diikuti anak-anak tersebut yaitu seni musik, drama, puisi, dan seni kriya. Anggota kelompok itu tidaklah pakem. Seorang anak dapat berpindah-pindah kelompok sesuka hatinya sesuai dengan minatnya.

Salah seorang pendamping anak di rutan, Sukira menyatakan, anak rutan merupakan sekelompok anak yang merasa terbuang oleh masyarakat maupun keluarganya sendiri. Gelisah dengan masa depan dan merasakan rindu yang sangat terhadap kasih sayang orang tua.

"Banyak dari mereka tidak menerima kunjungan dari orang tua yang merasa malu memiliki anak di dalam rutan. Belum lagi persepsi masyarakat yang begitu negatif terhadap anak-anak itu. Padahal mereka hanyalah anak-anak yang membutuhkan bimbingan dan dukungan," kata Sukira.

Dengan situasi itu, Sukira menyatakan banyak anak rutan yang merasakan minder. Untuk menumbuhkan kepercayaan diri mereka, dalam pendidikan alternatif ini anak-anak dibimbing untuk menyampaikan pendapat.

Dengan pendidikan alternatif ini, diharapkan anak-anak itu dapat memahami minatnya. Sehingga saat kembali ke tengah masyarakat kelak, mereka tahu harus melakukan kegiatan apa. "Namun tentunya, dibutuhkan pula dukungan dari keluarga dan masyarakat agar anak-anak itu bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan jauhi mereka," ucapnya. (Dina Julita)***

No comments: