27 August, 2008

Merevolusi Pendidikan Kita (2)

Prasyarat yang dibutuhkan
Demi kelancaran proses 4D seperti yang digambarkan sebelumnya, Coperrider sebagai salah satu penemu AI menyatakan bahwa sebagai sebuah paradigma baru, AI harus diterima sebagai sebuah keniscayaan. Artinya siapapun yang akan menjalani AI, membutuhkan 'keimanan' yang cukup dalam terhadap kemampuan AI membawa perubahan. Tanpa keimanan yang cukup, maka 4D hanya akan menjadi sekedar metodologi, teknik-teknik yang dipraktekkan tanpa penjiwaan yang cukup. Ibarat sebuah skenario film yang diperankan tanpa ekspresi.

AI memang bukan sekedar sekumpulan teknik, bukan metodologi yang cespleng untuk mengatasi sebuah persoalan. AI adalah sebuah paradigma baru dalam memandang misteri kehidupan sebuah organisasi/komunitas. Jika menurut paradigma lama, kita memandang organisasi/komunitas adalah sebuah kumpulan persoalan yang butuh jalan keluar, maka AI menawarkan cara pandang yang lain. Sebuah organisasi/komunitas adalah sebuah misteri yang terdiri dari sekumpulan orang-orang dan sumberdaya, yang menunggu untuk dipecahkan. Namanya juga misteri, maka kita belum tahu pasti akan kemana arahnya.

Arah yang akan dicapai, menurut AI, ada di tangan orang-orang di dalam organisasi/komunitas itu sendiri. Jika kehancuran yang menjadi tema utama keseharian mereka, maka hancurlah organisasi itu. Jika kesejahteraan yang dijadikan nafas kehidupannya, maka kesanalah organisasi itu akan berujung.

Memperkenalkan cara pandang baru ini bukan sekedar mengganti kacamata, melainkan pergantian kepercayaan. Sebagai sebuah konsep, AI membutuhkan komitmen organisasi/komunitas untuk terus menerus belajar, tumbuh, dan berkembang. Langkah pertama yang disarankan Coperrider adalah internalisasi oleh organisasi/komunitas itu terhadap konsep-konsep yang diusung AI.

Maka diperlukan sebuah proses menggugat kepercayaan lama, dan menggantinya dengan yang baru. Memperkenalkan cara pandang yang baru, adalah sekaligus menyatakan bahwa cara pandang yang lama itu kurang tepat. Cara pandang tidak sekedar mempengaruhi cara berpikir, tetapi merupakan sebuah dasar bagi dinamika sebuah komunitas.

"A constellation of concepts, values, perceptions and practices shared by a community which forms a particular vision of reality that is the basis of the way a community organizes itself."
Thomas Kuhn, the Structure of Scientific Revolutions (1962)

Dalam teori Paradigma Shift-nya Thomas Kuhn, setiap kali muncul sebuah paradigma baru, meski melalui sebuah proses sosial yang kompleks sekalipun, paradigma yang baru itu memang benar-benar lebih baik daripada yang lama, bukan sekedar 'berbeda'. Teori Kuhn memang berdasar pada perkembangan ilmu pengetahuan, dan AI, yang lahir dari tradisi kependidikan Barat, tampaknya pantas kalau kita bingkai dalam kerangka berpikir Kuhn. (bersambung)


Enhanced by Zemanta

No comments: