16 August, 2008

Membuat Kaos yang Tiada Duanya di Dunia




Berawal dari lomba melukis kaos pada acara seni yang diselenggarakan Ikatan Alumni ITB Angkatan 1978 di Kampus ITB, ide melukis di atas kaos jadi keterusan dan sekarang malah jadi kegiatan rutin. Pelukisnya? Office boy kantor, aktivis yang 'mantan' anak jalanan, 'pensiunan' direktur LSM, sampai tukang kayu.

Dengan bimbingan dari Mas Eddie B. Handono, teman-teman ikut menggambar meski baru sama sekali dengan segala perlengkapan atau bahan-bahan yang digunakan. Kuas dengan berbagai ukuran, tinta sablon yang dapat digunakan untuk melukis, dan palet. Beralaskan tikar seadanya, ruang tengah kantor bisa dimanfaatkan menjadi sanggar seni yang produktif.

Tidak ada target, atau penilaian yang dilakukan. Semua karya adalah proses si pembuatnya. Maka jadilah seniman-seniman dadakan yang tadinya bahkan tidak merasa bisa melukis, ternyata bisa melahirkan karya yang bisa diapresiasi orang lain.

Kaos-kaos yang sudah dilukis itu dipajang di ruang tengah, dan beberapa di antaranya sudah pindah tempat ke lemari para pembelinya. Mereka patut bangga, karena kaos yang dibeli dan dipakainya itu merupakan kaos satu-satunya di dunia, karena tidak mungkin membuat karya yang sama persis untuk kedua kalinya. Selain karena ini adalah karya seni, juga gagasan lukisan yang selalu berkembang meski sedang dikerjakan, membuatnya menjadi kaya ide.

Tertarik untuk bergabung? Datang saja setiap Hari Jumat Sore & Sabtu, ke:

Sentra Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat
(Studio Driyamedia Bandung)
Jl. Ancol Timur XIV No. 1
Buah Batu Bandung
Jawa Barat

2 comments:

Anonymous said...

saluut.....,apalagi skarang sulit kalo tidak ada uang....
jalan terus...kami mendukung anda

kang tresna
Banda Aceh

Paula said...

Loved readingg this thank you