Tiga hari sudah berlalu, tetapi Sianturi mengaku masih shock. Dia mengatakan hanya ingin membantu siswa yang kesulitan mengerjakan soal Bahasa Inggris. Diakuinya semua direncanakan para guru. Pada saat para siswa terlihat tidak bisa mengerjakan soal, guru-guru akan membantu membetulkan jawaban. ”Kami terpaksa,” katanya.
UN itu, menyisakan lagi cerita yang tidak mengenakkan. Meski kita sudah tahu itu terjadi sejak dulu, hanya saja ada yang tidak mau tahu, atau pura-pura tidak tahu. Bahkan, masih ingat dengan guru-guru di Sumut juga, yang tahun lalu melaporkan kebocoran tapi malah diasingkan? Dulu mereka bahkan mendapat intimidasi karena melaporkan kecurangan UN. Ini adalah blog mereka http://airmataguru.blogspot.com/
Masihkah UN diperlukan? Tidak adakah jalan lain?
1 comment:
I enjoyed reeading this
Post a Comment