Wacana pemberdayaan masyarakat kini diperkaya dengan hadirnya Appreciative Inquiry (AI), sebuah pendekatan baru dengan paradigma baru pula. Paling tidak terminologi 'baru' ini berlaku untuk masyarakat, namun (mungkin) tidak bagi beberapa LSM. Lalu ada kaitan apa AI dengan dunia pendidikan kita?
Belakangan ini koran kita dipenuhi dengan berbagai berita mengenai pemilu 2009. Tentang sulitnya mencari kader, hingga perekrutan besar-besaran kalangan artis menjadi caleg partai. Semua ini adalah potret betapa pendidikan kita tidak menyumbang banyak dalam peningkatan sumberdaya manusia. Karenanya, perlu sebuah revolusi kebudayaan- melalui pendidikan - yang mengarah pada kelahiran kembali manusia Indonesia. AI mungkin adalah sebuah alternatif dalam menyumbang perubahan yang signifikan, terutama kaitannya dalam komunitas.
Pertama berkenalan dengan AI, yang tampak adalah sebuah daur dengan 4 titik perhentian, yang disebut sebagai 4D-nya AI. Diawali dengan tahap Discovery, Dream, Design, dan terakhir Destiny (Delivery). Demikian seterusnya, daur ini akan berputar seiring berjalannya waktu.
Tapi lalu ada hal-hal yang lebih mendasar dibalik 4D ini. Satu tahapan yang disebut sebagai Affirmative Topic Choice. Tahap ini memang tidak nampak jelas dalam berbagai literatur yang berhasil dikumpulkan, tetapi ternyata tahap ini krusial bagi keberlanjutan daur 4D. Tahapan pra-4D ini berupaya menentukan fokus yang akan digali lebih jauh dalam kerangka daur yang pertama, yakni Discovery.
Tanpa fokus yang jelas dalam ber-AI, akan menyesatkan pesertanya dalam banyak sekali topik-topik, sekumpulan informasi yang tidak mudah untuk dikelola. Memfokuskan topik penggalian juga akan memfokuskan kemana arah perubahan yang diinginkan. Tahap Discovery akan mengarahkan peserta pada cerita sukses dalam situasi dan setting yang relatif sama, karena fokus yang telah ditetapkan sebagai affirmative topic.
Menggali cerita sukses di masa lalu bukan sekedar aktivitas bernostalgia, tetapi berupaya mengapresiasi apa yang telah berjalan dengan baik dalam organisasi atau komunitas. Aktivitas yang berbau reflektif ini diarahkan hanya pada hal-hal yang sudah berjalan baik, tanpa reserve. Para pelaku akan melakukan penelitian atas diri mereka sendiri, mereka yang menjadi bagian dari organisasi/komunitas.
Mengeksplorasi diri, menjadi salah satu ujung tombak dari paradigma AI. Kata Inquiry, yang melekat di belakang kata Appreciative, berarti tindakan eksplorasi atau penemuan, menyiratkan tindakan penyelidikan tentang kemungkinan baru, dan sebuah komitmen untuk belajar.
Selanjutnya adalah proses menetapkan visi bersama, dan merancang, menstrukturkan kembali segala sumberdaya yang dimiliki organisasi/komunitas agar visi tersebut dapat tercapai. Cara baru mengelola sumberdaya inilah yang akan mengantarkan organisasi/komunitas menuju visi yang diimpikan. Tahapan terakhir adalah melembagakan cara baru ini ke setiap unsur organisasi/komunitas, sehingga melahirkan budaya baru dalam organisasi/komunitas. (bersambung)
No comments:
Post a Comment